Showing posts with label Movie. Show all posts
Showing posts with label Movie. Show all posts
Prabangkara Mahidhara
-
April 28, 2019
Baru saja film Avengers - End Game dirilis di Indonesia. Antusiasme yang luar biasa dari para penggemar film super hero Marvel menambah gegap gempita hebohnya hasil pemilu pilpres 2019. Semua orang membicarakan Avengers - End Game, di twitter, di grup whatsapp, dan tak terkecuali di hiruk pikuknya suasana kantor saya.
Kehebohan ini terjadi mungkin karena Avengers - End Game ini adalah film aksi terakhir para Avengers dalam menyelamatkan dunia dari Thanos. Dari trailer filmnya saja sudah ramai diperbincangkan.
Yang paling epic dari semua kehebohan ini adalah adanya beberapa bioskop yang menayangkan film ini mulai dari jam 05.00 WIB pagi. Bioskop yang menayangkan film Avengers jam 05.00 pagi adalah bioskop-bioskop yang termasuk dalam jaringan bioskop Cinemaxx Theater (salah satu anak perusahaan grup Lippo). Sungguh luar biasa Indonesia dalam menyambut film Avengers ini. Penayangan jam 05.00 pagi ini mengungguli penayangan Avangers di Malaysia yang dimulai dari jam 07.00 WIB pagi.
Yang mengherankan adalah, ada saja orang yang mau menonton sepagi itu. Padahal biasanya bangun pagi saja malas. Tetapi, demi nonton Avengers - End Game rela bangun lebih pagi dan pergi ke bioskop.
Prabangkara Mahidhara
-
April 22, 2019
Film Sexy Killers yang diunggah oleh Watchdoc Image melalui kanal youtubenya memperlihatkan sisi kelam negeri ini. Di sana, di pelosok dekat tempat tinggal orang-orang tak berdaya itu sedang dihancurkan perlahan-lahan. Di usir secara paksa atau dibunuh dengan cara yang cantik. Di sini, di tempat kita tinggal, kita sedang mengeluh ribuan kali setiap listrik padam.
Sebelum ada film Sexy Killers, kita mungkin tak pernah berpikir lebih jauh tentang asal-muasal energi listrik itu datang hingga ke rumah kita. Kita abai karena tak pernah melihat dan mendengar dari media-media nasional kondisi masyarakat di pelosok sana yang sedang menangis karena tanah, air, dan udaranya dirusak untuk memenuhi kebutuhan energi listrik kita. Dengan alasan untuk kepentingan bangsa dan negara, tanah, air dan udara itu dirusak oleh segelintir orang-orang serakah yang ternyata juga bagian dari orang-orang yang duduk di singgahsana istana merdeka. Sementara, kita sibuk mengagumi lampu-lampu cantik yang menghiasi sudut-sudut kota kita. Kita sibuk memainkan karakter-karakter game di handphone kita.
Film Sexy Killers bagaikan air yang mengucur deras di tengah dahaga kita akan informasi yang lebih mengedepankan fakta dibanding sekedar gembar-gembor program-program pemerintah yang katanya berhasil itu. Sexy Killers telah menyadarkan kita tentang kelamnya proses penambangan energi di Indonesia. Sexy Killers juga membuat hati kita tersayat-sayat, sedih, dan kecewa, pemerintah yang seharusnya menjadi lembaga negara yang adil dan bijaksana menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi malah berpihak pada segelintir orang dengan alasan demi kepentingan bangsa dan negara. Jadi, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanyalah cita-cita bangsa Indonesia belaka. Cita-cita yang hanya terkristal dalam sila Pancasila dan UUD 1945, bukan di dalam tindakan dan budaya manusianya.
Sexy Killers, terlepas dari segala kontroversinya, adalah sebuah film yang menyuguhkan pemandangan yang membuat hati kita sedih. Dimana tanah-tanah di Provinsi Kalimantan Timur dikeruk dan dibiarkan menganga begitu saja setelah selesai penambangan batubaranya. Cekungan-cekungan bekas tambang itu ditinggalkan begitu saja tak terurus atau dikembalikan fungsinya oleh perusahaan tambang. Kolam-kolam bekas tambang itu kini menjadi pembunuh berantai yang tak ada habisnya. Tidak sedikit kolam bekas tambang itu menelan korban jiwa dalam jumlah yang tidak sedikit setiap tahunnya.
Sexy Killers memperlihatkan banyak sekali kolam-kolam bekas tambang batubara di Provinsi Kalimantan Timur yang lokasinya sangat dekat dengan pemukiman warga. Kolam bekas tambang itu kira-kira berjarak 100 meter saja dari pemukiman penduduk dengan luas mencapai dua kali bahkan lebih dibanding lapangan bola dan kedalaman lebih dari 35 meter.
Dekatnya lubang tambang dengan permukiman sebenarnya telah melanggar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2012 Tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha atau Kegiatan Penambangan Terbuka Batu bara minimal 500 meter. Namun, di film Sexy Killers digambarkan secara jelas, pemerintah daerah (pemda) sepertinya tak berdaya menghadapi perusahan-perusahaan tambang yang nakal itu. Bahkan, kebijakan-kebijakan pemda lebih banyak berpihak pada pengusaha dibanding berpihak pada rakyatnya. Alih-alih ingin memajukan ekonomi dan menyejahterakan rakyatnya melalui penyerapan tenaga kerja tambang, pemda malah membunuh secara perlahan-lahan rakyatnya sendiri melalui pengusaha tambang.
Sebuah adegan yang memilukan dan diambil dari kejadian nyata adalah ketika ibu-ibu meratapi kepergian anaknya yang mati tenggelam di dalam kolam tambang. Anak-anak yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa, justru harus meregang nyawa dibunuh oleh kolam bekas tambang yang tak terurus itu. Ironisnya, sebuah rekaman suara wawancara dengan gubernur Kaltim saat ditanya oleh kru Watchdoc Image tentang bagaimana tanggapan pemda soal kejadian itu dan langkah apa yang akan diambil oleh pemda agar kejadian itu tak terulang kembali di masa yang akan datang justru ditanggapi dengan tidak serius dan terkesan malah menjadi bahan bercanda. Rekaman itu memperdengarkan jawaban gubernur Kaltim yang menyatakan bahwa yang mati di kolam bekas tambang itu adalah nasib atau sudah takdirnya mati di situ.
Selanjutnya, dalam film Sexy Killers diperlihatkan kondisi pemukiman warga di sekitar lokasi tambang batubara. Air bersih semakin sulit, begitulah keluh warga sekitar tambang batubara. Rumah-rumah dan halaman retak, bahkan tidak sedikit rumah yang telah roboh. Lambat tapi pasti pemukiman itu nantinya akan ditinggalkan oleh penghuninya. Namun, entah bagaimana nasibnya, ganti rugi pun tak kunjung jelas. Sementara, dinding rumah-rumah mereka kian hari kian menganga, retak, dan sewaktu-waktu bisa jadi roboh menimpa penghuninya.
Berpindah dari lokasi penambangan batubara, film Sexy Killers mempertontonkan pada kita tongkang-tongkang pengangkut batubara yang ikut menyumbang kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa yang lokasinya berdekatan dengan jalur lalu lintas tongkang-tongkang pengangkut batubara, sering dijadikan sebagai tempat peristirahatan tongkang-tongkang itu.
Selanjutnya, Film Sexy Killers mempertontonkan bagaimana dampak negatif dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang bahan bakarnya menggunakan batubara bagi lingkungan sekitar. Polusi udara banyak dikeluhkan warga dan menjadi penyebab berbagai penyakit saluran pernapasan penduduk sekitar PLTU (meskipun belum ada penelitian yang lebih komperhensif). Kasus-kasus pembebasan lahan PLTU yang terkesan represif dari pihak pengusaha dan pemerintah setempat juga menjadi gambaran buruk betapa penindasan terhadap rakyat kecil itu terjadi di banyak penjuru negeri ini.
Sementara itu, dalam film Sexy Killers juga mempertontonkan kepada kita bahwa ada sebagian kecil warga Indonesia yang berusaha memanfaatkan energi alternatif dan tidak bergantung pada energi listrik yang asal-muasalnya dari bahan bakar fosil. Warga ini memanfaatkan cahaya matahari yang diubah menjadi energi listrik dengan solar cell untuk mencukupi kebutuhan listrik rumahnya. Memang, biaya produksi listrik dari solar cell ini jauh lebih mahal dibanding produksi listrik dari batubara. Tetapi, seandainya pemerintah berkomitmen untuk memberikan subsidi dan memberikan kredit dengan bunga ringan pada seluruh warganya yang ingin mandiri energi dengan memanfaatkan cahaya matahari, maka penambangan batubara dan PLTU bisa ditekan pertumbuhannya. Dampaknya, tidak akan ada kolam-kolam bekas tambang baru lagi di Pulau Kalimantan sana. Tidak akan ada lagi generasi bangsa kita yang terbunuh sia-sia oleh kerusakan yang kita biarkan merajalela. Tidak ada lagi penduduk yang mengeluh polusi udara, dan tak ada lagi petani dan nelayan yang dipaksa kehilangan lahan dan mata pencahariannya.
Begitulah cerita film Sexy Killers dan beberapa opini yang penulis tambahkan demi kebaikan artikel ini.
Akhir kata, penulis ingin menarik beberapa kesimpulan agar pesan moral dari sebuah film yang berjudul Sexy Killers ini dapat kita gunakan sebagai pelajaran dan pedoman hidup kita menuju ke kehidupan yang lebih baik. Namun, inti sari dari sebuah film tidak mungkin dapat kita terima, jika kita egois pada apa yang kita sebut sebagai prinsip hidup atau opini atau ilmu kita. Karena, tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Beginilah intisari itu. Pada dasarnya, pemanfaatan energi alternatif bisa mengancam keberlangsungan hidup perusahaan-perusahaan swasta yang menambang dan memproduksi listrik untuk kita. Sementara itu, pemerintah membutuhkan investor dalam rangka membuka ketersediaan lapangan kerja, pajak yang dibayarkan oleh perusahaan juga menjadi salah satu pendapatan negara melalui pajak. Itulah kenapa pembunuhan berantai ini akan selalu ada dan tak akan pernah berhenti, kecuali pemerintah melakukan tindakan-tindakan preventif. Energi alternatif matahari yang seharusnya bisa dikembangkan secara mandiri di setiap rumah penduduk juga sulit menjadi solusi utama mengatasi kebutuhan energi listrik di negeri ini. Selamanya, pertentangan rakyat melawan pengusaha dan pemerintah selalu ada. Mungkin dalam bentuk kasus-kasus yang lain, yang mana pemenangnya sudah pasti dapat kita pastikan adalah yang punya uang. Dan sesungguhnya yang berkuasa di negeri ini bukanlah siapa-siapa, bukan presiden atau pemerintah, tidak juga ketua DPR, tetapi dialah yang maha punya uang.
Sebelum ada film Sexy Killers, kita mungkin tak pernah berpikir lebih jauh tentang asal-muasal energi listrik itu datang hingga ke rumah kita. Kita abai karena tak pernah melihat dan mendengar dari media-media nasional kondisi masyarakat di pelosok sana yang sedang menangis karena tanah, air, dan udaranya dirusak untuk memenuhi kebutuhan energi listrik kita. Dengan alasan untuk kepentingan bangsa dan negara, tanah, air dan udara itu dirusak oleh segelintir orang-orang serakah yang ternyata juga bagian dari orang-orang yang duduk di singgahsana istana merdeka. Sementara, kita sibuk mengagumi lampu-lampu cantik yang menghiasi sudut-sudut kota kita. Kita sibuk memainkan karakter-karakter game di handphone kita.
Film Sexy Killers bagaikan air yang mengucur deras di tengah dahaga kita akan informasi yang lebih mengedepankan fakta dibanding sekedar gembar-gembor program-program pemerintah yang katanya berhasil itu. Sexy Killers telah menyadarkan kita tentang kelamnya proses penambangan energi di Indonesia. Sexy Killers juga membuat hati kita tersayat-sayat, sedih, dan kecewa, pemerintah yang seharusnya menjadi lembaga negara yang adil dan bijaksana menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi malah berpihak pada segelintir orang dengan alasan demi kepentingan bangsa dan negara. Jadi, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanyalah cita-cita bangsa Indonesia belaka. Cita-cita yang hanya terkristal dalam sila Pancasila dan UUD 1945, bukan di dalam tindakan dan budaya manusianya.
Sexy Killers, terlepas dari segala kontroversinya, adalah sebuah film yang menyuguhkan pemandangan yang membuat hati kita sedih. Dimana tanah-tanah di Provinsi Kalimantan Timur dikeruk dan dibiarkan menganga begitu saja setelah selesai penambangan batubaranya. Cekungan-cekungan bekas tambang itu ditinggalkan begitu saja tak terurus atau dikembalikan fungsinya oleh perusahaan tambang. Kolam-kolam bekas tambang itu kini menjadi pembunuh berantai yang tak ada habisnya. Tidak sedikit kolam bekas tambang itu menelan korban jiwa dalam jumlah yang tidak sedikit setiap tahunnya.
Sexy Killers memperlihatkan banyak sekali kolam-kolam bekas tambang batubara di Provinsi Kalimantan Timur yang lokasinya sangat dekat dengan pemukiman warga. Kolam bekas tambang itu kira-kira berjarak 100 meter saja dari pemukiman penduduk dengan luas mencapai dua kali bahkan lebih dibanding lapangan bola dan kedalaman lebih dari 35 meter.
Dekatnya lubang tambang dengan permukiman sebenarnya telah melanggar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2012 Tentang Indikator Ramah Lingkungan untuk Usaha atau Kegiatan Penambangan Terbuka Batu bara minimal 500 meter. Namun, di film Sexy Killers digambarkan secara jelas, pemerintah daerah (pemda) sepertinya tak berdaya menghadapi perusahan-perusahaan tambang yang nakal itu. Bahkan, kebijakan-kebijakan pemda lebih banyak berpihak pada pengusaha dibanding berpihak pada rakyatnya. Alih-alih ingin memajukan ekonomi dan menyejahterakan rakyatnya melalui penyerapan tenaga kerja tambang, pemda malah membunuh secara perlahan-lahan rakyatnya sendiri melalui pengusaha tambang.
Sebuah adegan yang memilukan dan diambil dari kejadian nyata adalah ketika ibu-ibu meratapi kepergian anaknya yang mati tenggelam di dalam kolam tambang. Anak-anak yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa, justru harus meregang nyawa dibunuh oleh kolam bekas tambang yang tak terurus itu. Ironisnya, sebuah rekaman suara wawancara dengan gubernur Kaltim saat ditanya oleh kru Watchdoc Image tentang bagaimana tanggapan pemda soal kejadian itu dan langkah apa yang akan diambil oleh pemda agar kejadian itu tak terulang kembali di masa yang akan datang justru ditanggapi dengan tidak serius dan terkesan malah menjadi bahan bercanda. Rekaman itu memperdengarkan jawaban gubernur Kaltim yang menyatakan bahwa yang mati di kolam bekas tambang itu adalah nasib atau sudah takdirnya mati di situ.
Selanjutnya, dalam film Sexy Killers diperlihatkan kondisi pemukiman warga di sekitar lokasi tambang batubara. Air bersih semakin sulit, begitulah keluh warga sekitar tambang batubara. Rumah-rumah dan halaman retak, bahkan tidak sedikit rumah yang telah roboh. Lambat tapi pasti pemukiman itu nantinya akan ditinggalkan oleh penghuninya. Namun, entah bagaimana nasibnya, ganti rugi pun tak kunjung jelas. Sementara, dinding rumah-rumah mereka kian hari kian menganga, retak, dan sewaktu-waktu bisa jadi roboh menimpa penghuninya.
Berpindah dari lokasi penambangan batubara, film Sexy Killers mempertontonkan pada kita tongkang-tongkang pengangkut batubara yang ikut menyumbang kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa yang lokasinya berdekatan dengan jalur lalu lintas tongkang-tongkang pengangkut batubara, sering dijadikan sebagai tempat peristirahatan tongkang-tongkang itu.
Selanjutnya, Film Sexy Killers mempertontonkan bagaimana dampak negatif dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang bahan bakarnya menggunakan batubara bagi lingkungan sekitar. Polusi udara banyak dikeluhkan warga dan menjadi penyebab berbagai penyakit saluran pernapasan penduduk sekitar PLTU (meskipun belum ada penelitian yang lebih komperhensif). Kasus-kasus pembebasan lahan PLTU yang terkesan represif dari pihak pengusaha dan pemerintah setempat juga menjadi gambaran buruk betapa penindasan terhadap rakyat kecil itu terjadi di banyak penjuru negeri ini.
Sementara itu, dalam film Sexy Killers juga mempertontonkan kepada kita bahwa ada sebagian kecil warga Indonesia yang berusaha memanfaatkan energi alternatif dan tidak bergantung pada energi listrik yang asal-muasalnya dari bahan bakar fosil. Warga ini memanfaatkan cahaya matahari yang diubah menjadi energi listrik dengan solar cell untuk mencukupi kebutuhan listrik rumahnya. Memang, biaya produksi listrik dari solar cell ini jauh lebih mahal dibanding produksi listrik dari batubara. Tetapi, seandainya pemerintah berkomitmen untuk memberikan subsidi dan memberikan kredit dengan bunga ringan pada seluruh warganya yang ingin mandiri energi dengan memanfaatkan cahaya matahari, maka penambangan batubara dan PLTU bisa ditekan pertumbuhannya. Dampaknya, tidak akan ada kolam-kolam bekas tambang baru lagi di Pulau Kalimantan sana. Tidak akan ada lagi generasi bangsa kita yang terbunuh sia-sia oleh kerusakan yang kita biarkan merajalela. Tidak ada lagi penduduk yang mengeluh polusi udara, dan tak ada lagi petani dan nelayan yang dipaksa kehilangan lahan dan mata pencahariannya.
Begitulah cerita film Sexy Killers dan beberapa opini yang penulis tambahkan demi kebaikan artikel ini.
Akhir kata, penulis ingin menarik beberapa kesimpulan agar pesan moral dari sebuah film yang berjudul Sexy Killers ini dapat kita gunakan sebagai pelajaran dan pedoman hidup kita menuju ke kehidupan yang lebih baik. Namun, inti sari dari sebuah film tidak mungkin dapat kita terima, jika kita egois pada apa yang kita sebut sebagai prinsip hidup atau opini atau ilmu kita. Karena, tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Beginilah intisari itu. Pada dasarnya, pemanfaatan energi alternatif bisa mengancam keberlangsungan hidup perusahaan-perusahaan swasta yang menambang dan memproduksi listrik untuk kita. Sementara itu, pemerintah membutuhkan investor dalam rangka membuka ketersediaan lapangan kerja, pajak yang dibayarkan oleh perusahaan juga menjadi salah satu pendapatan negara melalui pajak. Itulah kenapa pembunuhan berantai ini akan selalu ada dan tak akan pernah berhenti, kecuali pemerintah melakukan tindakan-tindakan preventif. Energi alternatif matahari yang seharusnya bisa dikembangkan secara mandiri di setiap rumah penduduk juga sulit menjadi solusi utama mengatasi kebutuhan energi listrik di negeri ini. Selamanya, pertentangan rakyat melawan pengusaha dan pemerintah selalu ada. Mungkin dalam bentuk kasus-kasus yang lain, yang mana pemenangnya sudah pasti dapat kita pastikan adalah yang punya uang. Dan sesungguhnya yang berkuasa di negeri ini bukanlah siapa-siapa, bukan presiden atau pemerintah, tidak juga ketua DPR, tetapi dialah yang maha punya uang.
Prabangkara Mahidhara
-
March 22, 2019
A Private War, merupakan sebuah film yang menceritakan bagaimana seorang jurnalis atau wartawan perang menjalankan profesinya. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang jurnalis perang, Marie Colvin (Marie Catherine Colvin). Marie Colvin bekerja pada surat kabar Britania, The Sunday Times sejak tahun 1985.
Film ini diawali dari cerita Marie Colvin yang meliput perang saudara di Sri Lanka, yaitu melakukan wawancara dengan pemimpin kelompok pemberontak Macan Tamil. Di sana ia menjumpai bagaimana masyarakat sipil kelaparan dan banyak pula yang sakit namun tidak bisa melakukan apa-apa karena wilayahnya dikepung oleh Tentara Angkatan Darat Sri Lanka dan pemutusan pasokan makanan dan obat-obatan oleh pemerintah Sri Lanka. Di sinilah Marie Colvin kehilangan mata kirinya karena terkena ledakan granat Tentara Angkatan Darat Sri Lanka. Colvin diserang setelah meneriakkan "Journalist, Journalist!", dengan maksud agar tidak diserang, tetapi justru itu membuat Tentara Angkatan Darat Sri Lanka meluncurkan granat ke arahnya.
Di sepanjang film, Marie Colvin menunjukkan bagaimana penderitaannya mengalami gangguan tekanan pascatrauma, sebuah ganguan psikologis yang cukup serius. Dalam film digambarkan Marie sering bermimpi melihat mayat seorang anak perempuan yang berlumuran darah berada pada kasurnya. Marie juga seolah-olah melihat rekan wartawannya yang meninggal dalam perang.
Dalam film diceritakan juga bahwa Marie Colvin melakukan wawancara dengan Muammar Gaddafi untuk yang kedua kalinya.
Di akhir film Marie Colvin meninggal dunia karena terkena ledakan bom rakitan saat sedang meliput perang saudara di Suriah. Marie Colvin meninggal di Kota Homs yang sedang dalam kepungan tentara Suriah. Sebelum meninggal dunia, Colvin sempat mengirimkan laporannya dan di dalam laporan itu tertulis bagaimana kondisi penduduk sipil Suriah yang cukup memprihatinkan karena menjadi korban perang antara pemerintah Suriah yang dalam hal ini diwakili oleh tentaranya melawan kelompok teroris (perang saudara).
Begitulah singkat cerita dari A Private War. Kenapa film A Private War wajib ditonton?
A Private War adalah film yang membuka mata kita tentang bagaimana dampak buruk perang saudara di negara-negara Timur Tengah. Perang saudara yang dipicu oleh sekelompok penguasa yang memiliki kepentingan, telah menyebabkan korban jiwa, ketakutan, penyakit, dan penderitaan yang berkepanjangan bagi masyarakat sipil yang tak besalah. Film ini mengajarkan kepada kita bagaimana pentingnya kesatuan dan persatuan itu. Nah, apalagi di masa pemilu ini, film ini wajib untuk ditonton agar para pendukung paslon capres-cawapres itu kembali sadar bahwa pemilu bukan untuk memecah-belah bangsa ini. Tetapi pemilu hanya sebagai cara kita untuk berdemokrasi dengan baik.
Meskipun A Private War adalah film yang bagus dan wajib ditonton, bukan berarti tidak memiliki kekurangan. Kekurangan film A Private War adalah di plot atau alur ceritanya yang lompat-lompat, yang mungkin bagi sebagian orang ini cukup membingungkan dalam menangkap isi cerita film. Karena memang genre film ini adalah film biografi, butuh waktu durasi yang sangat panjang untuk menceritakan riwayat hidup seseorang. Sedangkan durasi film itu terbatas.
Namun, saya tetap menyarankan agar anda menonton film ini, bahkan saya berharap seluruh masyarakat Indonesia menonton film ini.
Prabangkara Mahidhara
-
March 12, 2019
SPOILER ALERT!
Buat kalian yang belum nonton Captain Marvel dan berencana akan nonton, saya sarankan agar tidak membaca artikel ini.
Film Captain Marvel baru saja dirilis Rabu, 6 Maret 2019 (minggu lalu). Seperti biasa, film-film Marvel akan selalu merajai Box Office. Tidak tanggung-tanggung, banyak bioskop di Indonesia yang seluruh teaternya hanya menayangkan satu film Marvel doang. Film-film lain sepertinya tidak laku ketika film Marvel sedang tayang. Bisa dibilang, film-film lain didiskriminasi ketika ada film keluaran Marvel terutama gengnya Avengers. Mau bagaimana lagi, manajemen bioskop tentunya tidak akan melewatkan kesempatan mengeruk emas dari meledaknya permintaan penonton untuk menonton film keluaran Marvel. Selain itu, banyak loh orang yang jarang sekali nonton film di bioskop, tetapi khusus film-film keluaran Marvel (gengnya Avengers) berasa tidak sah jika tidak nonton di bisokop.
Tidak perlu panjang lebar, langsung saja ke inti masalah.
Captain Marvel berkisah tentang seorang wanita bumi yang menjadi manusia super akibat terkena radiasi ledakan energi super yang ditambang dari Batu Tesseract (Ingat Batu Tesseract? Salah satu infinity stone, yang muncul pertama kali pada film Captain America: First Avengers). Pada awal film diceritakan bahwa wanita ini, Vers namanya, salah satu dari bangsa Kree di Planet Kree. Vers dilatih untuk menjadi seorang tentara Kree. Vers memiliki kekuatan Photon Blast yang dapat keluar dari kedua tangannya. Di awal film, Vers dihantui oleh potongan-potongan mimpi tentang masa lalunya. Mimpi itulah yang membawanya untuk menemukan jati dirinya ketika datang ke Bumi.
Vers tergabung dalam Star Force dan menjalankan misi untuk mengakhiri perang antar galaksi dengan bangsa Skrulls. Skrulls digambarkan sebagai pengubah bentuk tubuh, atau peniru tubuh orang lain bahkan sampai level DNA. Pada awalnya Vers mempercayai bahwa bangsa Skrulls itu licik, suka mempengaruhi orang, dan kejam.
Sampailah pada adegan dimana Vers tertangkap oleh tentara Skrulls dan ditahan di pesawat Skrulls. Lalu Skrulls mencoba untuk membuka ingatan-ingatan dari masa lalu Vers dengan cara membaca ingatan Vers dengan suatu alat lalu menampilkannya pada sebuah layar. Orang-orang Skrulls akhirnya mendapatkan sebuah nama seorang manusia Bumi Dr. Walter Lawson. Dr. Lawson adalah ahli pesawat jet tempur di U.S. Air Force. Dr. Lawson mengembangkan pesawat jet berkekuatan super yang bisa terbang dengan kecepatan cahaya. Pesawat itu dikembangkan dengan teknologi yang menambang kekuatan dari Batu Tesseract.
Vers pun bisa lepas dari jeratan Skrulls, lalu dia berkelahi dengan tentara Skrulls, hingga menimbulkan kekacauan pada pesawat, yang membuatnya jatuh ke Bumi.
Di Bumi, Vers bertemu Nick Fury yang membantunya mencari siapa Dr. Lawson sebenarnya. Perjalanan memecahkan misteri Dr. Lawson dan keterkaitan dengan masa lalunya, membuat dia bertemu dengan seorang kawan lama ketika masih sebagai pilot di U.S. Air Force, seorang pilot wanita juga-Monica Rambeau.
Di rumah Monica Rambeau, Vers melihat foto-foto masa lalu dia bersama dengan temannya dan Dr. Lawson. Di situlah Vers mengetahui bahwa nama aslinya adalah Carol Danvers.
Skrulls pun tiba di rumah itu, lalu mereka melakukan negosiasi dan mendengarkan rekaman percakapan kokpit antara Carol Danvers dan Dr. Lawson sebelum kecelakaan pesawat.
Akhirnya Vers mengingat kembali apa yang terjadi di masa lampau dengan dirinya. Vers mengingat Dr. Lawson dan misinya untuk menghentikan perang besar antar galaksi. Dia ingat saat jatuh dari pesawat bersama Dr. Lawson, dia melihat bahwa darah Dr. Lawson berwarna biru, yang menandakan bahwa Dr. Lawson adalan orang Kree. Dan benar Dr. Lawson bernama asli Mar Vell adalah orang Kree yang telah lama menetap di bumi untuk melakukan penelitian.
Vers atau Carol Danvers juga mengingat bahwa yang menyebabkan Dr. Lawson meninggal adalah bukan kecelakaan pesawat, tetapi ditembak oleh seorang tentara Kree, yaitu Kapten dia saat ini di Star Force. Dia mengingat kembali detik-detik saat dia menghancurkan pesawat hasil rancangan Dr. Lawson agar tidak jatuh ke tangan orang yang jahat. Lalu ledakan itulah yang menyebabkan dia terkena radiasi dari inti energi pesawat yang ditambang dari Batu Tesseract itu. Radiasi itulah yang mengubah dia memiliki kekuatan super, yang selama ini ia yakini sebagai pemberian dari Kree.
Singkat cerita, Carol Danvers, Nick Fury, Jenderal Tentara Skrulls, dan Monica Rambeau terbang menuju satu titik orbit di atas permukaan bumi untuk menemukan lab penelitian Dr. Lawson. Di sana mereka menemukan banyak sekali bangsa Skrulls yang tinggal di dalam Lab. Ternyata selama ini bangsa Skrulls lah yang tertindas, hingga mereka harus terpisah dan sembunyi di seantero galaksi. Carol Danvers akhirnya memahami tujuan mulia dari Dr. Lawson.
Akhir cerita, Carol Danvers dengan kekuatannya sanggup mengalahkan Star Force. Lalu membawa orang-orang Skrulls ke suatu tempat yang aman. Namun, sebelum pergi, Carol Danvers memberi Nick Fury pager yang sudah diupgrade fungsinya. Pager inilah yang dipakai oleh Nick Fury di akhir film Avengers: Infinity War untuk mengirim pesan kepada Carol Danvers a.k.a. Captain Marvel.
Begitu cerita Captain Marvel dalam filmnya, yang menurut saya tidak se-wah yang orang-orang bilang. Tidak ada yang spesial dari film Captain Marvel menurut saya. Ini hanya sekedar film pengantar sebagai penyambung film-film Marvel yang lain, khususnya Avengers - Infinity War ke Avengers- Endgame. Saya merasa bahwa film ini alur ceritanya cukup membosankan. Tidak ada plot-plot cerita yang membuat penonton decak kagum.
Sudah bisa dibayangkan Avangers 4 - Endgame akan seperti apa nanti. Dengan adanya karakter Captain Marvel yang sudah kita kenal dari sekarang, membuat cerita film Avengers - Endgame berasa sudah basi dari sekarang. Betapa tidak, kita sudah tahu tokoh kunci penyelamat Avengers adalah Captain Marvel yang memiliki kekuatan luar biasa di atas Thanos. Kita dibiarkan mengenalnya dari sekarang, padahal seharusnya kita dibuat penasaran hingga Avengers 4 - Endgame nanti.
Berikut spekulasi-spekulasi saya tentang film Avengers 4 - Endgame:
1. Avengers 4 - Endgame akan menceritakan bagaimana Thanos dikalahkan oleh Captain Marvel. Mengingat Captain Marvel merupakan orang terkuat di Marvel Universe.
2. Captain Marvel adalah satu-satunya Avengers yang sanggup menggunakan kelima batu infinity stone untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala, mengembalikan Avengers yang hilang.
3. Mungkin kita akan dikasih sedikit surprise pada film itu, misalnya ada salah satu Avengers yang meninggal dunia. Entah itu siapa, kita tunggu saja filmnya.
Baiklah, itu sedikit review film Captain Marvel dari saya dan spekulasi masa depan Avengers di film Avengers - Endgame. Jika kalian punya pendapat lain, silahkan memberi komentar di bawah ya.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)